Banyak orang menyalahartikan rokok herbal sebagai rokok kesehatan.
Rokok herbal pun disebut sebagai alternatif yang lebih sehat daripada
rokok tembakau pada umumnya. Nilai jual utama rokok herbal adalah klaim
sebagai alternatif yang lebih sehat untuk rokok biasa. Bagaimana
sebetulnya?
Pada umumnya yang disebut rokok herbal (herbal cigarette) adalah
rokok yang tidak mengandung tembakau. Komposisinya merupakan campuran
dan berbagai bahan herbal yang sangat beragam. Rokok ini sering
dijadikan sebagai perantara bagi orang yang ingin berhenti merokok.
Sebetulnya sejarah rokok herbal di sudah cukup lama. Salah satu
produsen rokok herbal yang disebut tertua di dunia adalah Honeyrose di
Inggris. Produsen tersebut memproduksi rokok herbal sejak 1947. Rokok
herbal di negara-negara barat memiliki tambahan herbal-herbal atau
tumbuhan seperti rambut jagung, daun marshmallow, kelopak mawar, bunga
dan lain-lain. Untuk meningkatkan rasa dan aroma, pabrik rokok herbal
memasukkan bahan-bahan aromatic seperti vanilla dan melati.
Di Indonesia, rokok herbal baru terkenal akhir-akhir ini saja. Namun,
Herbalplus tidak menemukan data pasti sejak kapan rokok herbal ada di
sini. Yang jelas, popularitas rokok herbal masih kalah jauh dibandingkan
rokok kretek, yang selain menggunakan tembakau juga menggunakan cengkeh
sebagai bahan pembuatnya.
Rupanya yang dijual sebagai rokok herbal di Indonesia bukan rokok
herbal bebas tembakau. Ada juga yang rokok herbal yang tetap menggunakan
tembakau, hanya saja dengan tambahan berbagai bahan herbal. Komposisi
dasar rokok herbal tersebut sama seperti rokok pada umumnya. Bahan
herbal yang ditambahkan seperti daun sirih, kayu siwak, madu, sirgunggu,
dan teh hijau. Penambahan bahan-bahan herbal ini diklaim mampu menekan
kadar nikotin di dalam rokok.
IKLAN MENYESATKAN ?
Jika kita menengok iklan rokok-rokok herbal, baik yang bebas tembakau
maupun tidak, kita mendapati klaim-klaim yang sangat bombastis. Salah
satu produses ‘rokok herbal’ loka yang masih mengandung tembakau, berani
mengklaim bahwa rokok herbal buatannya tidak merusak kesehatan.
Alasannya, rokok tersebut terbuat dari puluhan ramuan herbal yang diolah
menjadi bahan-bahan campuran tembakau pilihan sehingga mampu
menetralkan kandungan tar & nikotin. Ramuan tersebut diklaim
berfungsi untuk sebagai terapi kesehatan warisan leluhur tanpa bahan
kimia. Beberapa khasiat yang disebutkan adalah berfungsi melancarkan
peredaran darah dan membersihkan racun dalam tubuh terutama pada saluran
pernafasan.
Klaim bahwa rokok herbal tidak merusak kesehatan, bahkan banyak
manfaatnya, tentu saja patut dipertanyakan. Klaim-klaim itu dibuat tanpa
ada data pendukung, baik secara empiris apalagi hasil penelitian
ilmiah. Tidaklah mengherankan jika di berbagai belahan dunia, banyak
pakar yang memperingatkan warga mengenai bahaya rokok herbal. Rokok
herbal yang bebas tembakau pun bukan berarti aman bagi kesehatan.
BEBAS NIKOTIN, TETAP BERBAHAYA
“Bebas dari zat adiktif berupa nikotin, tidak berarti rokok herbal
jadi aman,” kata Matthew Gold, dari Federal Trade Comission (FTD)
Amerika Serikat. Produsen rokok herbal di Negara itu diwajibkan
mencantumkan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok herbal karena
menghasilkan tar dan karbon monoksida yang berbahaya bagi tubuh. Mereka
juga tidak diperbolehkan mengklaim dalam iklan bahwa rokok herbal lebih
aman karena tidak mengandung zat adiktif.
Dr John Moore-Gillon, saat menjabat sebagai the British Lung
Foundation juga meluruskan anggapan bahwa merokok berbahaya hanya karena
rokok biasa mengandung nikotin.
“Banyak yang mengira bahwa rokok herbal lebih aman karena tidak
mengandung nikotin. Nikotin memang adiktif, tetapi bukan zat itu yang
menyebabkan perokok terancam kanker paru-paru,” karena seperti dikutip
BBC tahun 1999. Menurutnya, selain mengandung racun-racun seperti pada
rokok tembakau biasa, rokok herbal tidak terbukti membantu seseorang
melepaskan diri dari ketergantungan terhadap nikotin.
Rokok herbal tetap berbahaya, karena dikonsumsi dengan cara biasa
yaitu dibakar dan asapnya dihisap. Rokok herbal menghasilkan toksi-toksi
yang serupa dengan yang dihasilkan rokok tembakau, termasuk tar dan
karbon monoksida. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian,
seperti yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Vienna dan
dipublikasikan pada jurnal The Lancet. Para peneliti yang dipimpin Dr
Ernest Groman itu menyimpulkan bahwa rokok herbal menyimpan potensi
bahaya bagi kesehatan manusia.
Sumber : herbaplusnewmagazine/no.vi/01/june/2013