Tampilkan postingan dengan label Parkinson. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parkinson. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 April 2003

PARKINSON, OBATI SEDINI MUNGKIN

Penyakit Parkinson mungkin taka sing lagi. Kondisi begini sering dikaitkan dengan proses degenerative (penuaan) yang menyerang saraf. Tandanya, pasien mengalami gangguan motorik. Akibatnya, muncul tremor (gemetaran), keterbatasan gerak, kekakuan dan sikap tubuh yang tidak nyaman.

“Data pasti tentang jumlah penderita Parkinson disini memang belum lengkap. Namun, dalam evaluasi tiga bulanan, ada 70 pasien berobat di poli saraf,” jelas dr. Paulus Sugianto SpS. Jadi, lanjut dia, ada sekitar 300 pasien Parkinson setiap tahunnya. Bahkan tak menutup kemungkinan jumlah pasien lebih banyak dari itu. Sebab, ada dua poli klinik yang menangani penyakit ini di RSUD dr Soetomoe. Yakni, poliklinik saraf dan poliklinik geriatric.

Yang jelas, belum ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit yang satu ini. “Obat yang diberikan berperan menghambat perjalanan penyakit dan memperbaiki kualitas hidup si pasien,” papar ketua panitia seminar A New Paradigm in The managemen of Parkinso’s Disease, yang di gelar di JW Marriot Hotel beberapa waktu yang lalu.

Ditambakan spesialis saraf dari RSUD dr Soetomo ini, yang paling sering dipakai adalah Levodopa. Ini merupakan substitusi dopamin alami yang jumlahnya minim pada pengidap Parkinson.

Pada acara yang digelar atas kerjasama Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) cabang Surabaya bersama Boehringer Ingelheim ini, diluncurkan obat Promipexole. Obat ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan obat sebelumnya.

“Selain rangsangan reseptor dopamin, pramipexole juga bersifat melindungi sel saraf yang masih hidup dan membersihkan radikal bebas,” timpal Prof. dr. Aznan Lelo SpFK PhD, yang datang khusus dari USU (Universitas Sumatra Utara).

Ditambahkan Prof. djoenaidi Widjaja SpS (K), pemakaian pramipexole sangat disarankan bagi pengidap Parkinson yang berusia kurang dari 50 tahun. “Pada kelompok ini sel saraf masih banyak yang sehat. Pemberian levodopa seperlunya saja, bisa meracuni,” terangnya. Yang jelas, begitu ada tanda gangguan motorik terapi mesti segera dilakukan. Harapannya, masih sedikit sel saraf yang mati dan pengaruh pemakaian levodopa jangka panjang bisa dihindari. (gam)