Minggu, 06 Oktober 2013

PENGGOLONGAN SINDROM



Teori penggolongan gejala dan tanda yang diperoleh dari pemeriksaan pasien ke dalam kategori-kategori yang telah ditetapkan, disebut teori penggolongan Sindroma. Kategori-kategori tersebut memiliki pandangan masing-masing. Adapun kategori yang hendak dipakai, berdasarkan kepada teori-teori dasar yang telah diuraikan. Pada umumnya, kategori yang dipakai di dalam praktek ilmu akupunktur terdiri dari lima golongan.
1.     Sindroma berdasarkan delapan dasar kategori. Delapan kategori ini akan diterapkan dalam menegakkan diagnosis. Oleh karena itu, delapan dasar kategori ini disebut pula dengan delapan dasar diagnosis.
2.     Sindroma berdasarkan perilaku materi dasar qi dan Se (darah).
3.     Sindroma berdasarkan teori sanjiao (three energizer).
4.     Sindroma berdasarkan teori fenomena organ (zang fu).
5.     Sindroma berdasarkan teori meridian.
Apabila dengan menggunakan salah satu penggolongan Sindroma di atas dirasakan kurang sesuai, dapat dicoba dengan cara penggolongan yang lainnya. Pada umumnya, dalam praktek akupunktur sehari-hari yang dipakai adalah pendekatan dengna penggolongan Sindroma berdasarkan delapan dasar kategori (diagnoShis). Akan tetapi, cara pendekatan kombinaShi penggolongan sindroma akan lebih sempurna, misalnya cara pertama dikonfirmaShikan dengna cara kedua atau kombinaShi cara pertama bersama dengan cara kelima dan sebagainya. Pada dasarnya, penggolongan Sindroma menurut cara yang manapun dapat dilakukan, asalkan teori-teori dasar akupunktur benar-benar telah dihayati dan dikuasai.
1.   Sindroma berdasarkan delapan kategori
Telah diketahui bahwa Sindrom berdasarkan delapan kategori disebut pula sebagai delapan dasar diagnosis. Sebutan delapan dasar diagnosis paling umum dipakai dalam menegakkan diagnoShis karena delapan dasar kategori ini secara langsung dapat menunjukkan tatalaksana terapi. Dalam hal ini, terapi seperti apa yang akan dilakukan. Rincian kategorinya jelas sehingga alat, perlengkapan, dan teknik manipulaShi rangsangannya sudah tercermin di dalam kategori-kategori tersebut. Adapun yang dimaksudkan dengan delapan dasar kategori itu sebagai berikut :
Defisiensi (Shi) atau ekses (se)
Dalam (lie) atau luar (piao)
Dingin (han) atau panas (re)
Yin atau Yang.
Kategori defisien atau ekses (Shi atau shi)
Kategori defisien atau ekses dipergunakan sebagai criteria daya perlawanan tubuh yaitu faktor anti patologik (FAP) terhadap faktor patologik (FP). Dalam hal ini, defisien atau ekses yang berperan adalah qi sehingga qi sangat menentukan status FAP. Dalam pengertian ini, FAP dapat diindetikan dengan daya tahan (resistensi) atau daya kebal (imunitas) tubuh.
Defisien (Shi)
Yang termasuk ke dalam sindrom defisien antara lain, kelemahan umum, kelelahan, rapuh fisik (physical weakness), pasif, suara yang lemah, pernafasan yang dangkal, apabila dipijat tekan merasa enak, lidah (TP/ Tounge Proper dan TC/ Tounge Coating) putih (pucat), dan pulsa radialis (cun-kuan-ce) kanan dan kiri lemah. Selanjutnya, dilakukan percobaan untuk mencari sebab timbulnya sindroma defisien tersebut, apakah karena kurang dan lemahnya materi dasar (Qing, qi, sen, Se, cairan tubuh) atau karena kurang berfungsinya (hypofunction) organ-organ Zangfu.
Ekses (se)
Fenomena yang menunjukkan kuatnya reaksi tubuh terhadap FP dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya pergerakan (mobilisasi) materi dasar di dalam tubuh, yang mengakibatkan timbulnya gejala dan tanda, antara lain perasaan berat, gerakan-gerakan yang kuat atau kasar, pernapasan yang dalam, rasa penuh di dalam dada (thorax) atau di dalam lambung (abdomen), rasa mengganjal, kembung (udara, cairan), sakit bila dipijat tekan, otot lidah (tounge proper) berwarna merah dan selaput lidah (tounge coating) berwarna kekuningan, serta pulsa radialis kuat dan penuh. Kumpulan gejala dan tanda seperti itu digolongkan ke dalam kategori ekses (se).
Kategori dalam atau luar (lie atau piao)
Kategori dalam atau luar ini dipakai untuk menilai kedalaman letak serangan dan derajat keganasan serangan FP.
Kategori dalam (lie)
Apabila FP datang dari dalam tubuh sendiri, digolongkan ke dalam penyebab penyakit dalam (PPD) yang terdiri dari lima macam luapan emosi. Selain itu, apabila FP datang dari luar tubuh digolongkan ke dalam penyebab penyakit luar yang terdiri dari lima karakter iklim/udara lingkungan, telah merasuk ke dalam bagian tubuh yang lebih dalam ahkan sudah menyerang organ-organ Zang fu.
Kelainan atau penyakit yang disebabkan oleh faktor lain (penyebab penyakit lain-lain/PPLL), antara lain kekurangan gizi, infeksi, minuman beracun, dapat menyebabkan tidak berfungsinya organ Zang fu. Kategori ini juga termasuk penyakit yang telah berlangsung lama (kronis) sehingga akan mengganggu fungsi organ Zang fu atau jaringan yang lebih dalam, bahkan sampai kepada system skeletal (tulang).
Pada umumnya, keluhan-keluhan yang diutarakan oleh pasien antara lain rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, tidak ada nafsu makan/minum, gangguan buang air besar, rasa tidak nyaman dalam ketiga cavum (rongga tubuh), otot lidah (TP) berwarna pucat kehitaman, dan selaput lidah (TC) berwarna tebal dan kotor.
Kategori luar (piao)
Kategori ini menjelaskan bahwa FP masih menyerang di bagian luar tubuh saja tau baru sampai pada system meridian. Penyakitnya baru dan sedang dihadapi oleh wei-qi. Reaksi FAP sedang berlangsung sehingga akan terlihat gejala dan tanda, antara lain demam, rasa tidak nyaman karena faktor luar (misalnya menghindari angina atau dingin), malas mandi, mulai puShing, nyeri kepala, dan nyeri di bagian luar tubuh lainnya (misalnya di leher, pundak, dan perut).
Kategori dingin atau panas (han atu piao)
Kategori dingin atau panas dipakai untuk menilai karakter (nature) dari FP (the nature of disorders). Berdasarkan teori yin-yang telah dinyatakan bahwa tubuh terdiri dari aspek Yin dan aspek Yang, sampai ke bagian tubuh yang terkecil sekalipun. Apabila FP menyerang tubuh sedemikian rupa sehingga aspek yin terluka, menjadi lemah dan atau berkurang maka tubuh akan memperlihatkan fenomena sebagai aspek yang berlebihan dan ditunjukkan dengan timbulnya gejala panas. Sebaliknya, jika FP menyerang tubuh pada sapek Yang maka Yang menjadi lemah, seakan aspek yin berlebihan sehingga reaksi tubuh menunjukkan dingin, lemah, pucat, menyukai tempat yang hangat, menghindari dingin, dan sebagainya.
Dingin (han)
Penggolongan ke dalam kategori dingin (han), apabila ditemukan gejala-gejala antara lain, pucat di beberapa bagian tubuh seperti bibir, gusi, wajah, mata, telinga, dan kulit yang disebut sebagai “pale complexion”. Dingin (han)) dapat menyebabkan timbulnya gejala seperti, gerakan-gerakan lambat atau malas, perilaku menyembunyikan (mengundurkan) diri, melipat bagian-bagian tubuh (kaki, tangna), dingin di seluruh tubuh, tidak merasa hasu, dan menyukai yang panas (ruangan, makanan, minuman). Selain itu, apabila bagian yang nyeri dipanasi (moksa) akan terasa enak, diare yang sangat encer sampai seperti air mancur (profuse diarrhea), air seni banyak dan jernih, pulsa radialis secara umum lambat, otot lidah menjadi gemuk dan berwarna putih (pucat), serta selaput lidah (TC) berwarna putih da berkerut-kerut (bergerigi).
Panas (re)
Digolongkan ke dalam kategori panas (re) karena memperlihatkan gejala warna merah (pada wajah, mata, kulit, lidah, pipi, hidung, dan lain-lain), perilaku menginginkan sesuatu yang dingin (minum, ruangan, pakaian). Perasaan-perasaan seperti ini didorong oleh adanya mekanisme homeostasis. Selain itu, gejala-gejala lain yang timbul adalah selalu haus, sembelit, kencing sedikit dan keruh, serta pecah-pecah pada kulit, bibir, rambut, dan lidah. Pulsa radialis secara umum menjadi cepat. Otot lidah (TP) berwarna merah dengan aspek kering, selaput lidah (TC) berwarna kekuningan, kasar, pecah-pecah dengan aspek kering.

Kategori yin-yang
Berdasarkan kategori-kategori di atas, dilakukan penggolongan secara global (keseluruhan) sehingga merupakan suatu rangkuman sindrom. Golongan ekses (se), panas (re), luar (piao) secara keseluruhan akan memperlihatkan bahwa pasien tersebut dalam keadaan yang, sedangkan kategori defisien (Shi), dingin (han), dalam (lie) secara keseluruhannya akan memperlihatkan paSen tersebut dalam keadaan yin. Jadi, kategori yin-yang memperlihatkan penilaian keadaan holistic individu (pasien) yang bersangkutan.
2 Sindroma berdasarkan perilaku materi dasar qi dan xie
Di dalam pergerakan lima unsur, organ Zangfu membangun mekanisme kerja sama secara koordinatif. Telah dijelaskan bahwa qi dan xue adalah materi dasar yang dikreasi dari “spirits of heaven and earth” oleh organ Zang fu. Akan tetapi, organ Zang fu sendiri memiliki kemampuan untuk melakukan tugasnya karena ada qi dan xue. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa adanya saling ketergantungan antara Zang fu dan materi dasar qi dan xue. Dengan kata lain, antara organ Zang fu dan materi dasar qi dan xue juga terjadi suatu mekanisme Siklus kecil yang saling menghidupi.
Atas dasar mekanisme siklus kecil tersebut, apabila terjadi perubahan-perubahan di dalam organ Zang fu atau perubahan-perubahan di dalam materi shi dan atau Se akan terlihat munculnya suatu fenomena. Fenomena-fenomena yang muncul akan memperlihatkan suatu sindrom. Sebaliknya, suatu sindrom dapat dilihat dan dinilai dari perilaku materi shi atau Se. Selanjutnya akan diuraikan setiap sindrom yang disebabkan oleh perilaku materi dasar tersebut.
Sindrom berdasarkan perilaku qi sindrom berdasarkan perilaku qi dikelompokkan sebagai berikut.
1.       Sindrom defisiensi qi
Defisiensi qi akan memperlihatkan gejala rasa pusing (dizziness), pandangan mata kabur, tidak suka berbicara, lelah fisik (physical fatique) dan mental (mental fatique, lassitude), keluar keringat dingin, lidah putih (pucat), dan secara umum pulsa radialis teraba lemah.
Berdasarkan aspek etiologi dan patogenesis, sindrom ini disebabkan oleh penyakit yang sudah lama (kronik) dan tidak mendapat perawatan yang memadai. Sindrom demikian dapat diinterpretasikan pula bahwa FAP orang yang bersangkutan sangat lemah. Penyebab (etiologi) kondisi seperti ini, harus dicari secara seksama. Ada kemungkinan disebabkan oleh malnutrisi (PPL), stress yang berkepanjangan (PPD), atau proses penuaan (geriatric) dan degeratif.
Sindrom tenggelamnya qi (sinking of qi). Apabila terjadi Sindrom defesiensi qi yang berkepanjangan, akibatnya qi yang masih tersisa pun makin lemah seakan menjadi tenggelam. Sindrom ini dapat dirasakan dengan pemeriksaan cara rabaan pada pulsa radialis, yaitu pulsa dalam semua tingkat cun-guan-ce yang tenggelam.
Adapun gejala lain yang muncul adalah makin melemahnya tubuh sehingga untuk memegang atau mengangkat benda yang ringan pun sudah tidak mampu. Akibatnya, membawa barang apapun pasti mudah terlepas. Penjalaran penyakit seperti ini sudah mencapai ke dalam jiao tengah di dalam rongga perut (cavum abdominalis) sehingga Sindrom ini disebut pula Sindrom jiao tengah. Rasa tidak nyaman di dalam cavum abdominalis yang disebabkan oleh karena tengggelamnya qi akan mengakibatkan rongga pinggul (cavum pelvis) menjadi sangat lemah. Dampak negatifnya, dapat menyebabkan terjadinya prolapsus recti, prolapsus uteri (pada wanita), gastroptosis (perpindahan letak lambung ke bawah), dan ptosis (pemburutan) organ KI. Gejala yang lainnya adalah organ lidah, baik TP maupun TC tampak sangat pucat, bahkan berwarna kebiruan/kehitaman dan pulsa radialis hampir tidak dapat dirasakan lagi karena sudah tenggelam.
Sindrom stagnasi qi (stagnation of qi). Stagnasi qi adalah tersumbatnya qi di dalam suatu bagian jaringan atau organ (Zang Fu) sehingga aliran qi tidak dapat mengalir ke organ atau meridian berikutnya. Oleh karena itu, sindrom stagnasi qi tampak membengkak dan nyeri di dalam suatu bagian tubuh, organ, atau jaringan. Penyakit hemorrhoid (wasir) dapat digolongkan ke dalam sindrom ini. Apabila stagnasi qi terjadi di dalam organ yang bertanggung jawab kepada sen (HT, KI,GV) maka kelainan-kelainan shen (semangat, jiwa) juga akan timbul.
Penyebab terjadinya sindroma stagnasi qi antara lain adalah malnutrisi atau oleh kuatnya TP karena sifatnya yang proliferatif dan invasive. Hemotama (terjadinya timbunan darah di dalam suatu jaringan) dapat digolongkan ke dalam Sindrom stagnasi qi-xue
2.     Sindroma qi membalik (pervesion of qi)
Dalam hal ini, perhatian dipusatkan kepada fungsi organ sanjiao (three energizer), yang mengatur panas dalam organ-organ yang terdapat di dalam ke tiga cavum tubuh.
Secara fisiologis qi harus mengalir dari jiao atas ke jiao tengah, kemudian ke jiao bawah. Jadi, qi dalam cavum tubuh mengalir ke bawah (decending). Aliran qi yang membalik, berarti qi mengalir ke atas (ascending) sehingga sebenarnya qi telah melakukan kontrafungsi yang pada saatnya nanti menjadi tidak berfungsi (disfungsi).
Adanya aliran qi yang membalik ini menimbulkan gejala-gejala, antara lain batuk-batuk, sesak nafas (karena qi dari paru-paru membalik ke atas). Qi ST yang membalik ke atas akan menimbulkan gejala bersendawa (belching), cegukan (hiccup), mula, atau muntah (vomitus). Apabila qi yang terdapat di dalam organ LR mengalir bali, gejala yang timbul adalah nyeri kepala yang hebat, haemoptysis (batuk darah), sampai dapat menimbulkan koma. Berdasarkan aspe etiologic, membaliknya aliran qi disebabkan oleh FP yang invasive atau timbunan lendir panas (phlegm heat) di dalam organ tubuh. Qi dari ST yang menglair balik ke atas dapat disebabkan rongga perut (cavum abdominalis) yang dipenuhi oleh cairan tertentu, kekenyangan (makanan), atau air (misalnya kasus tenggelam). PPD yang sangat parah dapat menjadi penyebab membaliknya aliran qi, misalnya marah yang hebat menyebabkan qi mengalir membalik ke atas sampai ke kepala (vertigo, cephalgia berat), haemoptysis sampai collapse.
Sindroma berdasarkan perilaku Se sindrom berdasarkan perilaku xue dikelompokkan sebagai berikut :
a. Sindroma defisiensi xue
Xue (darah) berfungsi membawa sari “spirits of heaven and earth” ke seluruh bagian tubuh. Apabila xue defisien berarti seluruh bagian tubuh akan kekurangan sari “spirits of heaven and earth”. Dalam keadaan ini, akan timbul gejala-gejala, antara lain kepucatan total yang disebut sebagai “pallor and sallow complexion”, mata menjadi sayu, pandangan kabur, palpitaShi (debar jantung yang hebat), insomnia (sukar tidur), baal pada anggota tubuh (tangan dan kaki), lidah (baik TP maupun TC) menjadi pucat, pulsa radialis tegang seperti dawai (senar), organ Zang fu berfungsi abnormal terutama tidak berfungsi pada organ SP-ST (pengolah spirits of earth) dan LU (pengolah spirits of heaven) sehingga xue tidak dapat dibentuk lagi karena tidak tersedianya bahan. Akan tetapi, Sindroma defisiensi xue dapat juga terjadi karena PPL kecelakaan atau pendarahan yang hebat.
b. Sindroma stagnasi xue
Terjadinya stagnasi (penyumbatan) xue di dalam suatu tempat (meridian, organ, atau jaringan) menyebabkan timbulnya oedema atau kebengkakan, misalnya haematome. Gejala Sindroma stagnasi xue, antara lain timbulnya warna merah tua atau merah kebiruan pada suatu tempat di bagian tubuh, nyeri apabila ditekan, ecchymosis (perubahan warna kulit menjadi merah tua kebiruan karena pendarahan), atau ptechien (bercak merah).
Penyakit varises dapat digolongkan ke dalam sindrom stagnasi xue ini. Berdasarkan aspek penyebabnya, sindrom stagnasi xue kemungkinan dapat disebabkan oleh lemahnya sirkulasi darah, gangguan fungsi jantung, lemahnya dinding pembuluh dara, dan invasi FP dari luar karena faktor dingin atau faktor panas. Kemungkinan oleh PPL adalah benturan dengan benda tumpul (trauma fisik). Di dalam praktek akupunktur, haematome merupakan salah satu efek samping yang harus diingat karena tertusuknya pembuluh darah oleh jarum akupunktur.
c. Sindroma panas di dalam xue
Panas di dalam xue dapat disebabkan oleh faktor panas dari luar atau dari dalam tubuh sendiri. Selanjutnya, panas itu menyerang sistem peredaran darah. Dikarenakan peredaran darah menjadi tanggung jawabnya organ HT, sedangkan organ HT adalah “rumahnya” sen maka gejala-gejala yang timbul dapat berupa perubahan perilaku jiwa seperti, kegelisahan, mania, dan menstruasi yang mengalir profus (pada wanita). Tanda-tanda yang lainnya adalah lidah berwarna merah tua, pulsa radialis sangat cepat, dan mulut kering tetapi tidak haus. Menurut teori Zang fu dan teori pergerakan lima unsure, panas dalam ini timbul karena eksesnya qi di dalam LR. Dikarenakan organ ibunya ekses maka anaknya (HT) menjadi ekses pula.dalam kondis seperti ini, pembuluh kapiler darah di beberapa tempat dapat pecah sehngga terjadi pendarahan di dalam. Penyakit yang dapat digolongkan ke dalam Sindroma panas di dalam xue adalah epistaxis (pendarahan hidung), menorrhagia (haid berlebihan), metrorhagia (pendarahan rahim di luar waktu haid), haemoptysis (batuk berdarah), haematenesis (muntah darah), dan haematuria (kencing berdarah).
2. Sindrom berdasarkan teori sanjiao
Dalam membahas teori fenomena organ, telah dijelaskan adanya organ yang dikreasi untuk menjelaskan terjadinya pertukaran zat di dalam tubuh. Pertukaran zat (metabolisme) tersebut akan menghasilkan panas dan panas tersebut adalah energi, yang dinyatakan dengan satuan kalori. Untuk membahas Sindrom sanjiao, perlu ditinjau kembali apa yang dimaksud dengan organ sanjiao.
Diketahui bahwa sanjiao terdiri dari kata san yang berarti tiga dan jiao yang berarti panas. Berdasarkan aspek anatomis, sanjiao digambarkan sebagai kantong yang meliputi organ-organ yang terdapat di dalam tiga rongga (cavum) tubuh.
Rongga dada (cavum thoraxalis) yang disebut juga jiao-atas atau sanjiao. Rongga perut (cavum abdominalis), yang disebut pula jiao-tengah atau cung-jiao. Rongga pelvis (cavum pelvis), yang disebut pula jiao-bawah. Sindrom berdasarkan teori sanjiao ini sesuai dengan fungsi organ yang berada di dalam masing-masing rongga.
a. Sindrom Jiao atas
FP dari luar akan menyerang bagian luar tubuh terlebih dahulu. Organ yang berada di dalam rongga dada yang berhubungan langsung dengan bagian luar tubuh adalah alat pernapasan. Kesatuan kerja LU terdiri dari rambut, kulit, hidung, larynx, bronkhioli, dan paru-paru. Dikarenakan di dalam jiao atas terdapat pula organ HT dan HC maka gangguan di dalam jiao atas akan mengganggu fungsi organ-organ tersebut. Gejala-gejala yang mungkin diperlihatkan, antara lain gangguan pernapasan, gangguan rambut dan kulit, gangguan peredaran darah, gangguan sen yang muncul karena HT dan HC adalah rumah dari sen, rasa nyeri ulu hati (angina pectoris), sesak dan rasa penuh di dalam dada.
b. Sindrom Jiao tengah
Di dalam rongga perut (cavum abdominalis, jiao-tengah), terdapat organorgan ST-SP dan GB-LR. Gangguan terhadap jiao tengah berarti akan mengganggu fungsi organ-organ tersebut sehingga gejala-gejala yang mungkin terlihat adalah gejala gabungan fungsi organ-organ sejodoh, antara lain gangguan fungsi pencernaan ST-SP, gangguan pengaturan cairan tubuh (SP), gangguan hormonal (SP, pancreas, dan salah satu kelenjar hormonal), dan gangguan fungsi otot-otot (SP mempengaruhi otot). Gangguan fungsi organ sejodoh GB-LR, antara lain gangguan tendon (GB), nyeri kepala dan vertigo (LR), gangguan sirkulasi xue(LR), dan kemungkinan timbulnya faktor emosional yang depresif (LR).
c. Sindrom jiao bawah
Di dalam rongga pinggul (cavum pelvis) terdapat organ-organ LI, BL, dan KI. Jadi, gangguan yang terjadi dalam jiao-bawah merupakan campuran gangguan fungsi organ-organ tersebut. Gangguan fungsi LI, antara lain sembelit, diare, dan rasa penuh di dalam perut bagian bawah (usus besar). Gangguan fungsi BL-KI dapat berupa control kepada urinari (buang air kecil), gangguan fungsi prokreasi (karena KI adalah membawa jing bawaan), kemampuan daya pikir (pelupa, pikun, tidka dapat berkonsentrasi), dan lain-lain. Semua gangguan-gangguan tersebut menyangkut fungShi organ KI. Organ reproduksi (salah satu organ istimewa) juga terdapat di dalam jiao-bawah sehingga kemungkinan gangguan fungsi alat reproduksi dapat terjadi, khususnya fungsi seksual. Untuk mengkonfirmasi kemungkinan ini, diperlukan pemeriksaan yang sangat teliti dengan cara menggabungkan data-data yang diperoleh dengan pemeriksaan cara lain, misalnya pengamatan lidah.
4. Sindroma berdasarkan teori Zang fu
Fungsi dan karakter unsur teori Zang fu bersama teori fenomena organ, telah dibahas di dalam teori pergerakan lima unsure. Dengan demikian, untuk membahas upaya penggolongan Sindrom berdasarkan teori Zang fu, tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan bagian-bagian yang akan digolongkan dan diinterpretasikan adalah kumpulan dari fungsi, fenomena, serta karakter organ-organ yang bersangkutan, sedangkan aspek-aspek tersebut telah diuraikan dalam teori-teori terdahulu.
5. Sindroma berdasarkan teori meridian
Penggolongan Sindroma berdasarkan teori meridian, sama halnya seperti penggolongan sindrom berdasarkan teori Zang fu. Penggolongan ini sama sekali tidak sulit dilakukan, dengan syarat telah dikuasainya teori meridian yang meliputi sifat (yin-yang), alur lintasannya, urutan aliran qi, serta titik-titik khas yang dimilikinya. Dengan demikian, Sindroma berdasarkan teori meridian mudah dikenali. Sebagai contoh, sindrom meridian ST merupakan kumpulan gejala-gejala, antara lain keluhan sepanjang kepala, leher, dada, payudara, perut, pinggul sampai daerah muka luar (dorso-lateral) kaki. Semua bagian tersebut merupakan daerah aliran meridian ST. Penggolongan sindrom berdasarkan teori meridian ini, dapat dikombinasikan dengan cara penggolongan sindrom lainnya. Dengan demikian, satu cara penggolongan dengan cara penggolongan sindrom lainnya dapat disinkronkan.


#disadur dari penyusunan logbook..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar