Teori penggolongan gejala dan tanda yang diperoleh dari
pemeriksaan pasien ke dalam kategori-kategori yang telah ditetapkan, disebut
teori penggolongan Sindroma. Kategori-kategori tersebut memiliki pandangan masing-masing.
Adapun kategori yang hendak dipakai, berdasarkan kepada teori-teori dasar yang
telah diuraikan. Pada umumnya, kategori yang dipakai di dalam praktek ilmu
akupunktur terdiri dari lima golongan.
1.
Sindroma
berdasarkan delapan dasar kategori. Delapan kategori ini akan diterapkan dalam
menegakkan diagnosis. Oleh karena itu, delapan dasar kategori ini disebut pula
dengan delapan dasar diagnosis.
2.
Sindroma
berdasarkan perilaku materi dasar qi dan Se (darah).
3.
Sindroma
berdasarkan teori sanjiao (three energizer).
4.
Sindroma
berdasarkan teori fenomena organ (zang fu).
5.
Sindroma
berdasarkan teori meridian.
Apabila dengan menggunakan salah satu penggolongan Sindroma
di atas dirasakan kurang sesuai, dapat dicoba dengan cara penggolongan yang
lainnya. Pada umumnya, dalam praktek akupunktur sehari-hari yang dipakai adalah
pendekatan dengna penggolongan Sindroma berdasarkan delapan dasar kategori
(diagnoShis). Akan tetapi, cara pendekatan kombinaShi penggolongan sindroma
akan lebih sempurna, misalnya cara pertama dikonfirmaShikan dengna cara kedua
atau kombinaShi cara pertama bersama dengan cara kelima dan sebagainya. Pada
dasarnya, penggolongan Sindroma menurut cara yang manapun dapat dilakukan,
asalkan teori-teori dasar akupunktur benar-benar telah dihayati dan dikuasai.
1.
Sindroma
berdasarkan delapan kategori
Telah diketahui bahwa Sindrom berdasarkan delapan kategori
disebut pula sebagai delapan dasar diagnosis. Sebutan delapan dasar diagnosis
paling umum dipakai dalam menegakkan diagnoShis karena delapan dasar kategori
ini secara langsung dapat menunjukkan tatalaksana terapi. Dalam hal ini, terapi
seperti apa yang akan dilakukan. Rincian kategorinya jelas sehingga alat,
perlengkapan, dan teknik manipulaShi rangsangannya sudah tercermin di dalam
kategori-kategori tersebut. Adapun yang dimaksudkan dengan delapan dasar
kategori itu sebagai berikut :
Defisiensi
(Shi) atau ekses (se)
Dalam
(lie) atau luar (piao)
Dingin
(han) atau panas (re)
Yin
atau Yang.
Kategori
defisien atau ekses (Shi atau shi)
Kategori defisien atau ekses dipergunakan sebagai criteria daya perlawanan
tubuh yaitu faktor anti patologik (FAP) terhadap faktor patologik (FP). Dalam
hal ini, defisien atau ekses yang berperan adalah qi sehingga qi sangat
menentukan status FAP. Dalam pengertian ini, FAP dapat diindetikan dengan daya
tahan (resistensi) atau daya kebal (imunitas) tubuh.
Defisien (Shi)
Yang
termasuk ke dalam sindrom defisien antara lain, kelemahan umum, kelelahan,
rapuh fisik (physical weakness), pasif, suara yang lemah, pernafasan yang
dangkal, apabila dipijat tekan merasa enak, lidah (TP/ Tounge Proper dan TC/
Tounge Coating) putih (pucat), dan pulsa radialis (cun-kuan-ce) kanan dan kiri
lemah. Selanjutnya, dilakukan percobaan untuk mencari sebab timbulnya sindroma
defisien tersebut, apakah karena kurang dan lemahnya materi dasar (Qing, qi,
sen, Se, cairan tubuh) atau karena kurang berfungsinya (hypofunction)
organ-organ Zangfu.
Ekses (se)
Fenomena
yang menunjukkan kuatnya reaksi tubuh terhadap FP dari luar yang dapat
menyebabkan terjadinya pergerakan (mobilisasi) materi dasar di dalam tubuh,
yang mengakibatkan timbulnya gejala dan tanda, antara lain perasaan berat,
gerakan-gerakan yang kuat atau kasar, pernapasan yang dalam, rasa penuh di
dalam dada (thorax) atau di dalam lambung (abdomen), rasa mengganjal, kembung
(udara, cairan), sakit bila dipijat tekan, otot lidah (tounge proper) berwarna
merah dan selaput lidah (tounge coating) berwarna kekuningan, serta pulsa
radialis kuat dan penuh. Kumpulan gejala dan tanda seperti itu digolongkan ke
dalam kategori ekses (se).
Kategori
dalam atau luar (lie atau piao)
Kategori dalam atau luar ini dipakai untuk menilai kedalaman letak serangan dan
derajat keganasan serangan FP.
Kategori dalam (lie)
Apabila FP datang dari dalam tubuh sendiri, digolongkan ke
dalam penyebab penyakit dalam (PPD) yang terdiri dari lima macam luapan emosi.
Selain itu, apabila FP datang dari luar tubuh digolongkan ke dalam penyebab
penyakit luar yang terdiri dari lima karakter iklim/udara lingkungan, telah
merasuk ke dalam bagian tubuh yang lebih dalam ahkan sudah menyerang
organ-organ Zang fu.
Kelainan atau penyakit yang disebabkan oleh faktor lain
(penyebab penyakit lain-lain/PPLL), antara lain kekurangan gizi, infeksi,
minuman beracun, dapat menyebabkan tidak berfungsinya organ Zang fu. Kategori
ini juga termasuk penyakit yang telah berlangsung lama (kronis) sehingga akan
mengganggu fungsi organ Zang fu atau jaringan yang lebih dalam, bahkan sampai
kepada system skeletal (tulang).
Pada umumnya, keluhan-keluhan yang diutarakan oleh pasien antara lain rasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk, tidak ada nafsu makan/minum, gangguan buang air
besar, rasa tidak nyaman dalam ketiga cavum (rongga tubuh), otot lidah (TP)
berwarna pucat kehitaman, dan selaput lidah (TC) berwarna tebal dan kotor.
Kategori luar (piao)
Kategori ini menjelaskan bahwa FP masih menyerang di bagian
luar tubuh saja tau baru sampai pada system meridian. Penyakitnya baru dan
sedang dihadapi oleh wei-qi. Reaksi FAP sedang berlangsung sehingga akan
terlihat gejala dan tanda, antara lain demam, rasa tidak nyaman karena faktor
luar (misalnya menghindari angina atau dingin), malas mandi, mulai puShing,
nyeri kepala, dan nyeri di bagian luar tubuh lainnya (misalnya di leher,
pundak, dan perut).
Kategori
dingin atau panas (han atu piao)
Kategori dingin atau panas dipakai untuk menilai karakter (nature) dari FP (the
nature of disorders). Berdasarkan teori yin-yang telah dinyatakan bahwa tubuh
terdiri dari aspek Yin dan aspek Yang, sampai ke bagian tubuh yang terkecil
sekalipun. Apabila FP menyerang tubuh sedemikian rupa sehingga aspek yin terluka,
menjadi lemah dan atau berkurang maka tubuh akan memperlihatkan fenomena
sebagai aspek yang berlebihan dan ditunjukkan dengan timbulnya gejala panas.
Sebaliknya, jika FP menyerang tubuh pada sapek Yang maka Yang menjadi lemah,
seakan aspek yin berlebihan sehingga reaksi tubuh menunjukkan dingin, lemah,
pucat, menyukai tempat yang hangat, menghindari dingin, dan sebagainya.
Dingin (han)
Penggolongan ke dalam kategori dingin (han), apabila
ditemukan gejala-gejala antara lain, pucat di beberapa bagian tubuh seperti
bibir, gusi, wajah, mata, telinga, dan kulit yang disebut sebagai “pale
complexion”. Dingin (han)) dapat menyebabkan timbulnya gejala seperti,
gerakan-gerakan lambat atau malas, perilaku menyembunyikan (mengundurkan) diri,
melipat bagian-bagian tubuh (kaki, tangna), dingin di seluruh tubuh, tidak
merasa hasu, dan menyukai yang panas (ruangan, makanan, minuman). Selain itu,
apabila bagian yang nyeri dipanasi (moksa) akan terasa enak, diare yang sangat
encer sampai seperti air mancur (profuse diarrhea), air seni banyak dan jernih,
pulsa radialis secara umum lambat, otot lidah menjadi gemuk dan berwarna putih
(pucat), serta selaput lidah (TC) berwarna putih da berkerut-kerut (bergerigi).
Panas (re)
Digolongkan ke dalam kategori panas (re) karena
memperlihatkan gejala warna merah (pada wajah, mata, kulit, lidah, pipi,
hidung, dan lain-lain), perilaku menginginkan sesuatu yang dingin (minum,
ruangan, pakaian). Perasaan-perasaan seperti ini didorong oleh adanya mekanisme
homeostasis. Selain itu, gejala-gejala lain yang timbul adalah selalu haus,
sembelit, kencing sedikit dan keruh, serta pecah-pecah pada kulit, bibir,
rambut, dan lidah. Pulsa radialis secara umum menjadi cepat. Otot lidah (TP)
berwarna merah dengan aspek kering, selaput lidah (TC) berwarna kekuningan,
kasar, pecah-pecah dengan aspek kering.
Kategori yin-yang
Berdasarkan kategori-kategori di atas, dilakukan
penggolongan secara global (keseluruhan) sehingga merupakan suatu rangkuman sindrom.
Golongan ekses (se), panas (re), luar (piao) secara keseluruhan akan
memperlihatkan bahwa pasien tersebut dalam keadaan yang, sedangkan kategori
defisien (Shi), dingin (han), dalam (lie) secara keseluruhannya akan
memperlihatkan paSen tersebut dalam keadaan yin. Jadi, kategori yin-yang
memperlihatkan penilaian keadaan holistic individu (pasien) yang bersangkutan.
2 Sindroma berdasarkan perilaku materi dasar qi dan xie
Di dalam pergerakan lima unsur, organ Zangfu membangun mekanisme kerja sama
secara koordinatif. Telah dijelaskan bahwa qi dan xue adalah materi dasar yang
dikreasi dari “spirits of heaven and
earth” oleh organ Zang fu. Akan tetapi, organ Zang fu sendiri memiliki
kemampuan untuk melakukan tugasnya karena ada qi dan xue. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa adanya saling ketergantungan antara Zang fu dan materi dasar
qi dan xue. Dengan kata lain, antara organ Zang fu dan materi dasar qi dan xue
juga terjadi suatu mekanisme Siklus kecil yang saling menghidupi.
Atas dasar mekanisme siklus kecil tersebut, apabila terjadi
perubahan-perubahan di dalam organ Zang fu atau perubahan-perubahan di dalam
materi shi dan atau Se akan terlihat munculnya suatu fenomena.
Fenomena-fenomena yang muncul akan memperlihatkan suatu sindrom. Sebaliknya,
suatu sindrom dapat dilihat dan dinilai dari perilaku materi shi atau Se.
Selanjutnya akan diuraikan setiap sindrom yang disebabkan oleh perilaku materi
dasar tersebut.
Sindrom berdasarkan perilaku qi sindrom berdasarkan perilaku
qi dikelompokkan sebagai berikut.
1.
Sindrom
defisiensi qi
Defisiensi qi akan memperlihatkan gejala rasa pusing
(dizziness), pandangan mata kabur, tidak suka berbicara, lelah fisik (physical
fatique) dan mental (mental fatique, lassitude), keluar keringat dingin, lidah
putih (pucat), dan secara umum pulsa radialis teraba lemah.
Berdasarkan aspek etiologi dan patogenesis, sindrom ini
disebabkan oleh penyakit yang sudah lama (kronik) dan tidak mendapat perawatan
yang memadai. Sindrom demikian dapat diinterpretasikan pula bahwa FAP orang
yang bersangkutan sangat lemah. Penyebab (etiologi) kondisi seperti ini, harus
dicari secara seksama. Ada kemungkinan disebabkan oleh malnutrisi (PPL), stress
yang berkepanjangan (PPD), atau proses penuaan (geriatric) dan degeratif.
Sindrom tenggelamnya qi (sinking of qi). Apabila terjadi Sindrom
defesiensi qi yang berkepanjangan, akibatnya qi yang masih tersisa pun makin
lemah seakan menjadi tenggelam. Sindrom ini dapat dirasakan dengan pemeriksaan
cara rabaan pada pulsa radialis, yaitu pulsa dalam semua tingkat cun-guan-ce
yang tenggelam.
Adapun gejala lain yang muncul adalah makin melemahnya tubuh
sehingga untuk memegang atau mengangkat benda yang ringan pun sudah tidak
mampu. Akibatnya, membawa barang apapun pasti mudah terlepas. Penjalaran penyakit
seperti ini sudah mencapai ke dalam jiao tengah di dalam rongga perut (cavum
abdominalis) sehingga Sindrom ini disebut pula Sindrom jiao tengah. Rasa tidak
nyaman di dalam cavum abdominalis yang disebabkan oleh karena tengggelamnya qi
akan mengakibatkan rongga pinggul (cavum pelvis) menjadi sangat lemah. Dampak
negatifnya, dapat menyebabkan terjadinya prolapsus recti, prolapsus uteri (pada
wanita), gastroptosis (perpindahan letak lambung ke bawah), dan ptosis
(pemburutan) organ KI. Gejala yang lainnya adalah organ lidah, baik TP maupun
TC tampak sangat pucat, bahkan berwarna kebiruan/kehitaman dan pulsa radialis
hampir tidak dapat dirasakan lagi karena sudah tenggelam.
Sindrom stagnasi qi (stagnation of qi). Stagnasi qi adalah
tersumbatnya qi di dalam suatu bagian jaringan atau organ (Zang Fu) sehingga
aliran qi tidak dapat mengalir ke organ atau meridian berikutnya. Oleh karena
itu, sindrom stagnasi qi tampak membengkak dan nyeri di dalam suatu bagian
tubuh, organ, atau jaringan. Penyakit hemorrhoid (wasir) dapat digolongkan ke
dalam sindrom ini. Apabila stagnasi qi terjadi di dalam organ yang bertanggung
jawab kepada sen (HT, KI,GV) maka kelainan-kelainan shen (semangat, jiwa) juga
akan timbul.
Penyebab terjadinya sindroma stagnasi qi antara lain adalah
malnutrisi atau oleh kuatnya TP karena sifatnya yang proliferatif dan invasive.
Hemotama (terjadinya timbunan darah di dalam suatu jaringan) dapat digolongkan
ke dalam Sindrom stagnasi qi-xue
2.
Sindroma
qi membalik (pervesion of qi)
Dalam hal ini, perhatian dipusatkan kepada fungsi organ sanjiao
(three energizer), yang mengatur panas dalam organ-organ yang terdapat di dalam
ke tiga cavum tubuh.
Secara fisiologis qi harus mengalir dari jiao atas ke jiao tengah, kemudian ke jiao
bawah. Jadi, qi dalam cavum tubuh mengalir ke bawah (decending). Aliran qi yang
membalik, berarti qi mengalir ke atas (ascending) sehingga sebenarnya qi telah
melakukan kontrafungsi yang pada saatnya nanti menjadi tidak berfungsi (disfungsi).
Adanya aliran qi yang membalik ini menimbulkan
gejala-gejala, antara lain batuk-batuk, sesak nafas (karena qi dari paru-paru
membalik ke atas). Qi ST yang membalik ke atas akan menimbulkan gejala
bersendawa (belching), cegukan (hiccup), mula, atau muntah (vomitus). Apabila
qi yang terdapat di dalam organ LR mengalir bali, gejala yang timbul adalah
nyeri kepala yang hebat, haemoptysis (batuk darah), sampai dapat menimbulkan
koma. Berdasarkan aspe etiologic, membaliknya aliran qi disebabkan oleh FP yang
invasive atau timbunan lendir panas (phlegm heat) di dalam organ tubuh. Qi dari
ST yang menglair balik ke atas dapat disebabkan rongga perut (cavum
abdominalis) yang dipenuhi oleh cairan tertentu, kekenyangan (makanan), atau
air (misalnya kasus tenggelam). PPD yang sangat parah dapat menjadi penyebab
membaliknya aliran qi, misalnya marah yang hebat menyebabkan qi mengalir
membalik ke atas sampai ke kepala (vertigo, cephalgia berat), haemoptysis
sampai collapse.
Sindroma berdasarkan perilaku Se sindrom berdasarkan
perilaku xue dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Sindroma defisiensi xue
Xue (darah) berfungsi membawa sari “spirits of heaven and
earth” ke seluruh bagian tubuh. Apabila xue defisien berarti seluruh bagian
tubuh akan kekurangan sari “spirits of heaven and earth”. Dalam keadaan ini,
akan timbul gejala-gejala, antara lain kepucatan total yang disebut sebagai
“pallor and sallow complexion”, mata menjadi sayu, pandangan kabur, palpitaShi
(debar jantung yang hebat), insomnia (sukar tidur), baal pada anggota tubuh
(tangan dan kaki), lidah (baik TP maupun TC) menjadi pucat, pulsa radialis
tegang seperti dawai (senar), organ Zang fu berfungsi abnormal terutama tidak
berfungsi pada organ SP-ST (pengolah spirits of earth) dan LU (pengolah spirits
of heaven) sehingga xue tidak dapat dibentuk lagi karena tidak tersedianya
bahan. Akan tetapi, Sindroma defisiensi xue dapat juga terjadi karena PPL
kecelakaan atau pendarahan yang hebat.
b.
Sindroma stagnasi xue
Terjadinya stagnasi (penyumbatan) xue di dalam suatu tempat
(meridian, organ, atau jaringan) menyebabkan timbulnya oedema atau kebengkakan,
misalnya haematome. Gejala Sindroma stagnasi xue, antara lain timbulnya warna
merah tua atau merah kebiruan pada suatu tempat di bagian tubuh, nyeri apabila
ditekan, ecchymosis (perubahan warna kulit menjadi merah tua kebiruan karena
pendarahan), atau ptechien (bercak merah).
Penyakit varises dapat digolongkan ke dalam sindrom stagnasi
xue ini. Berdasarkan aspek penyebabnya, sindrom stagnasi xue kemungkinan dapat
disebabkan oleh lemahnya sirkulasi darah, gangguan fungsi jantung, lemahnya
dinding pembuluh dara, dan invasi FP dari luar karena faktor dingin atau faktor
panas. Kemungkinan oleh PPL adalah benturan dengan benda tumpul (trauma fisik).
Di dalam praktek akupunktur, haematome merupakan salah satu efek samping yang
harus diingat karena tertusuknya pembuluh darah oleh jarum akupunktur.
c.
Sindroma panas di dalam xue
Panas di dalam xue dapat disebabkan oleh faktor panas dari
luar atau dari dalam tubuh sendiri. Selanjutnya, panas itu menyerang sistem
peredaran darah. Dikarenakan peredaran darah menjadi tanggung jawabnya organ
HT, sedangkan organ HT adalah “rumahnya” sen maka gejala-gejala yang timbul
dapat berupa perubahan perilaku jiwa seperti, kegelisahan, mania, dan menstruasi
yang mengalir profus (pada wanita). Tanda-tanda yang lainnya adalah lidah
berwarna merah tua, pulsa radialis sangat cepat, dan mulut kering tetapi tidak
haus. Menurut teori Zang fu dan teori pergerakan lima unsure, panas dalam ini
timbul karena eksesnya qi di dalam LR. Dikarenakan organ ibunya ekses maka
anaknya (HT) menjadi ekses pula.dalam kondis seperti ini, pembuluh kapiler
darah di beberapa tempat dapat pecah sehngga terjadi pendarahan di dalam.
Penyakit yang dapat digolongkan ke dalam Sindroma panas di dalam xue adalah
epistaxis (pendarahan hidung), menorrhagia (haid berlebihan), metrorhagia
(pendarahan rahim di luar waktu haid), haemoptysis (batuk berdarah), haematenesis
(muntah darah), dan haematuria (kencing berdarah).
2.
Sindrom berdasarkan teori sanjiao
Dalam membahas teori fenomena organ, telah dijelaskan adanya
organ yang dikreasi untuk menjelaskan terjadinya pertukaran zat di dalam tubuh.
Pertukaran zat (metabolisme) tersebut akan menghasilkan panas dan panas
tersebut adalah energi, yang dinyatakan dengan satuan kalori. Untuk membahas Sindrom
sanjiao, perlu ditinjau kembali apa yang dimaksud dengan organ sanjiao.
Diketahui bahwa sanjiao terdiri dari kata san yang berarti
tiga dan jiao yang berarti panas. Berdasarkan aspek anatomis, sanjiao
digambarkan sebagai kantong yang meliputi organ-organ yang terdapat di dalam
tiga rongga (cavum) tubuh.
Rongga dada (cavum thoraxalis) yang disebut juga jiao-atas
atau sanjiao. Rongga perut (cavum abdominalis), yang disebut pula jiao-tengah
atau cung-jiao. Rongga pelvis (cavum pelvis), yang disebut pula jiao-bawah. Sindrom
berdasarkan teori sanjiao ini sesuai dengan fungsi organ yang berada di dalam
masing-masing rongga.
a.
Sindrom Jiao atas
FP dari luar akan menyerang bagian luar tubuh terlebih
dahulu. Organ yang berada di dalam rongga dada yang berhubungan langsung dengan
bagian luar tubuh adalah alat pernapasan. Kesatuan kerja LU terdiri dari
rambut, kulit, hidung, larynx, bronkhioli, dan paru-paru. Dikarenakan di dalam jiao
atas terdapat pula organ HT dan HC maka gangguan di dalam jiao atas akan
mengganggu fungsi organ-organ tersebut. Gejala-gejala yang mungkin
diperlihatkan, antara lain gangguan pernapasan, gangguan rambut dan kulit,
gangguan peredaran darah, gangguan sen yang muncul karena HT dan HC adalah
rumah dari sen, rasa nyeri ulu hati (angina pectoris), sesak dan rasa penuh di
dalam dada.
b.
Sindrom Jiao tengah
Di dalam rongga perut (cavum abdominalis, jiao-tengah),
terdapat organorgan ST-SP dan GB-LR. Gangguan terhadap jiao tengah berarti akan
mengganggu fungsi organ-organ tersebut sehingga gejala-gejala yang mungkin
terlihat adalah gejala gabungan fungsi organ-organ sejodoh, antara lain
gangguan fungsi pencernaan ST-SP, gangguan pengaturan cairan tubuh (SP),
gangguan hormonal (SP, pancreas, dan salah satu kelenjar hormonal), dan
gangguan fungsi otot-otot (SP mempengaruhi otot). Gangguan fungsi organ sejodoh
GB-LR, antara lain gangguan tendon (GB), nyeri kepala dan vertigo (LR), gangguan
sirkulasi xue(LR), dan kemungkinan timbulnya faktor emosional yang depresif
(LR).
c.
Sindrom jiao bawah
Di dalam rongga pinggul (cavum pelvis) terdapat organ-organ
LI, BL, dan KI. Jadi, gangguan yang terjadi dalam jiao-bawah merupakan campuran
gangguan fungsi organ-organ tersebut. Gangguan fungsi LI, antara lain sembelit,
diare, dan rasa penuh di dalam perut bagian bawah (usus besar). Gangguan fungsi
BL-KI dapat berupa control kepada urinari (buang air kecil), gangguan fungsi
prokreasi (karena KI adalah membawa jing bawaan), kemampuan daya pikir (pelupa,
pikun, tidka dapat berkonsentrasi), dan lain-lain. Semua gangguan-gangguan
tersebut menyangkut fungShi organ KI. Organ reproduksi (salah satu organ
istimewa) juga terdapat di dalam jiao-bawah sehingga kemungkinan gangguan fungsi
alat reproduksi dapat terjadi, khususnya fungsi seksual. Untuk mengkonfirmasi
kemungkinan ini, diperlukan pemeriksaan yang sangat teliti dengan cara
menggabungkan data-data yang diperoleh dengan pemeriksaan cara lain, misalnya
pengamatan lidah.
4.
Sindroma berdasarkan teori Zang fu
Fungsi dan karakter unsur teori Zang fu bersama teori
fenomena organ, telah dibahas di dalam teori pergerakan lima unsure. Dengan
demikian, untuk membahas upaya penggolongan Sindrom berdasarkan teori Zang fu,
tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan bagian-bagian yang akan
digolongkan dan diinterpretasikan adalah kumpulan dari fungsi, fenomena, serta
karakter organ-organ yang bersangkutan, sedangkan aspek-aspek tersebut telah
diuraikan dalam teori-teori terdahulu.
5.
Sindroma berdasarkan teori meridian
Penggolongan Sindroma berdasarkan teori meridian, sama
halnya seperti penggolongan sindrom berdasarkan teori Zang fu. Penggolongan ini
sama sekali tidak sulit dilakukan, dengan syarat telah dikuasainya teori
meridian yang meliputi sifat (yin-yang), alur lintasannya, urutan aliran qi, serta
titik-titik khas yang dimilikinya. Dengan demikian, Sindroma berdasarkan teori
meridian mudah dikenali. Sebagai contoh, sindrom meridian ST merupakan kumpulan
gejala-gejala, antara lain keluhan sepanjang kepala, leher, dada, payudara,
perut, pinggul sampai daerah muka luar (dorso-lateral) kaki. Semua bagian
tersebut merupakan daerah aliran meridian ST. Penggolongan sindrom berdasarkan
teori meridian ini, dapat dikombinasikan dengan cara penggolongan sindrom
lainnya. Dengan demikian, satu cara penggolongan dengan cara penggolongan sindrom
lainnya dapat disinkronkan.
#disadur dari penyusunan logbook..