Pengetahuan Dasar Cara Kerja
Akupunktur
Penentuan meredian dan
titik akupunktur merupakan hal yang sangat penting dalam terapi akupunktur.
Meredian adalah sebuah sistem saluran membujur dan melintang yang berfungsi menyalurkan Qi dan Xue dari
dan ke seluruh tubuh. Meredian berasal dari kata Jing Luo, terdiri
atas Jing Mai (saluran) dan Luo Mai (kolateral)(Mann,
1964).
Jing Mai merupakan bagian meredian yang berjalan
membujur, menghubungankan atas dan bawah, luar dan dalam. Terdiri dari dua
belas meredian umum (Tai Yin Tangan Paru, Yang Ming Tangan Usus Besar,
Yang Ming Kaki Lambung, Tay Yin Kaki Limpa, Sao Yin Tangan Jantung, Tay Yang
Tangan Usus Kecil, Tay Yang Kaki Kandung kemih, Sao Yin Kaki Ginjal, Cie Yin
Tangan Perikardium, Sao yang Tangan Sanciao, Sao Yang Kaki Kandung empedu, dan
Cie Yin Kaki Hati) dan delapan meredian istimewa (Du, Ren,
Chong, Dai, Yin Wei, Yang Wei, Yin Qiao, dan Yang Qiao) sedangkan Luo Mai yang
berarti jala, berjalan melintang dan menyebar keseluruh tubuh membentuk
jaringan. Terdapat lima belas meredian Luo (Saputra, 2007).
Titik akupunktur adalah
titik pada permukaan tubuh yang dapat ditusuk dengan jarum akupunktur atau
dihangati dengan moksa, serta dapat menimbulkan keseimbangan Yin dan Yang.
Titik ini ditusuk hanya dengan jarum murni tanpa ada bahan lain atau obat pada
jarumnya. Fungsi jarum disini untuk membantu membenahi sistem energi tubuh yang
bermasalah, oleh karena itu tusukan pada titik-titik akupunktur disesuaikan
dengan jenis penyakit yang diderita pasien (Djuharto, 1982).
Dalam menentukan letak
titik akupunktur di tubuh, menggunakan tanda-tanda anatomi permukaan
tubuh, pengukuran perbandingan, dan pengukuran dengan jari tangan (Djuharto,
1982).
Terdapat perbedaan cara
akupunktur saat ini dengan yang dilakukan masyarakat China kuno. Dahulu,
masyarakat China menggunakan batu tajam, kayu dan buluh sebagai alat
untuk menekan dan menusuk bagian-bagian tertentu. Tetapi kini, alat-alat tersebut diganti
dengan yang lebih modern yaitu penggunaan jarum halus yang telah
disterilkan dan dibuat dari bahan logam seperti silver needle (jarum
perak), copper needle (jarum tembaga), dan gold needle (jarum
emas) (Saputra, 2007).
Jarum yang ditusukkan pada
titik akupunktur tidak akan terasa sakit. Apabila jarum ditusukkan
lebih dalam mungkin akan terasa seperti tersetrum, sebab jarum yang
digunakan sangat tajam, padat, dan jauh lebih halus dibandingkan jarum suntik.
Bentuk jarum akupunktur sangat bervariasi seperti halus, prisma,
panas, listrik, dalam kulit, telinga, dan kulit. Penggunaan jarum ini tergantung
pada penyakit yang diderita pasien. Panjang jarum berkisar antara 12 mm-10
cm, dan dapat ditusukkan sedalam 6 mm-7,5 cm, tergantung kurus atau gemuknya
pasien, lokasi titik pengobatan, dan gangguan (di dalam atau permukaan tubuh).
Jarum dapat dibiarkan tertancap selama beberapa detik sampai satu jam, tetapi
umumnya selama 20 menit (Djuharto, 1982).
Bagi yang menghadapi
penyakit yang agak kronis perawatan dijalankan sebanyak sekali atau dua kali
seminggu selama satu seri pengobatan, yaitu sebanyak dua belas kali terapi.
Sebaliknya, perawatan ringan diberikan bagi penyakit yang tidak terlalu kritis (Djuharto,
1982).
Dalam pengobatan, posisi
pasien harus enak baik bagi pasien maupun akupunkturis supaya bisa bertahan
selama waktu penusukan yang direncanakan. Posisi pasien yang baik akan
mengurangi terjadinya komplikasi akibat jarum tertindih, macet, bengkok dan
patah. Posisi paling sering adalah posisi berbaring (miring, telentang,
telungkup) dan duduk (kepala menengadah, bertopang dagu, lengan kedepan, kepala
telungkup miring, menghadap meja, dan lengan menutup meja). Terkadang
pasien perlu membuka sebagian pakaiannya agar jarum dapat ditusukkan pada
titik-titik tertentu. Umumnya titik-titik pengobatan terletak di lengan bawah
dan tangan, tungkai bawah dan kaki, walaupun titik-titik akupunktur terdapat di
seluruh tubuh (Djuharto, 1982).
Pemilihan titik penusukan
tergantung pada lokasi gangguan dan cara akupunkturis untuk mempengaruhi tubuh.
Titik ini tidak harus langsung berhubungan dengan keluhan pasien,
misalnya untuk pengobatan gangguan kepala dapat saja diambil titik pengobatan
pada kaki yang terletak pada meredian yang bersangkutan (Djuharto, 1982).